LAPORAN LKM KARak'S

The Other

Oleh Khoirul Anwar, SH -

Menurut teori-teori identity formation postmodern,i dentitas hanya dapat diperoleh di dalam dan melalui perubahan, namun tentunya perbedaan juga diasosiasikan dengan kecemasan.

Dalam kajian psikoanalitik, fungsi memberi label ’mereka’ kepada kelompok minoritas atau ’the other’ penting untuk pemeliharaan formasi kelompok yang sudah ada (tanpa perlu disebutkan kelompok yang relevan di sekitar kita). Upaya defensif ini memungkinkan individu atau kelompok untuk mempertahankan sebuah identitas melawan ancaman perseptif dari me-reka yang berbeda.

Memang pada level individual, keluarga, dan masyarakat, identifikasi sangat esensial dalam pembentukan kepribadian yang koheren dan integratif, dan begitu juga ego.Adapun pada level interpersonal, interfamilial, dan interkultural, an-caman perseptif dalam mengidentifikasi justru menimbulkan serangan terhadap ’the other’ dalam bentuk pengambinghitaman dan rasisme. Menurut Thomas Hobbes, manusia adalah homo homini lupus atau man is a wolf to man.

Salah satu insting dasar, dalam konteks ini agresi (yang kejam), seperti menunggu semacam provokasi atau menjadi teraktivasi karena ada tujuan lain.Adapun dalam premis utama teori psikoanalitik tentang kelompok adalah bahwa orang dewasa, ketika memiliki kontak emosional dengan suatu kelompok, secara tidak sadar mengalami reeksperimentasi dengan semua kecemasan primitif yang pertama kali dirasakan pada saat masih bayi. Akibatnya,pada saat dewasa menggunakan lagi pertahanan diri seperti paranoid dan depresif. Studi-studi tentang perilaku kelompok telah menunjukkan bahwa bahkan pada individu yang paling konsisten sekalipun dapat menjadi volatile (meledak-ledak) atau berperilaku erratic (berubahubah) dalam sebuah kelompok.

Itu adalah sebuah proses yang terkait dengan regresi dari seseorang yang mempunyai kemampuan adaptif normal menjadi seseorang yang menggunakan mekanisme psikotik. Semakin besar rasa terancam, semakin defensif kelompok tersebut. Menurut Allingham, perilaku kelompok yang irasional bukanlah sebuah pengecualian,tetapi justru kodrati.Regresi yang bersifat tidak disengaja dan tidak disadari ini, ada di dalam kesadaran identitas dan upaya-upaya rasional untuk memenuhi kebutuhan kelompok. Sehingga tidak mengejutkan jika kita melihat kelompok tertentu menjadi sangat impulsif, ekstrem, dan intoleran,seperti di Indonesia. Dan upaya memberikan label the other kepada kelompok minoritas secara permanen dianggap sebagai sebuah cara untuk meredakan kecemasan yang diakibatkan oleh perbedaan.

Walaupun ada penjelasan psikologis tentang kecemasan kelompok, lantas tidak membuat kita bisa berdiam diri pada pembelengguan hak-hak kaum minoritas.Dampak psikologis terhadap kelompok minoritas juga harus menjadi perhatian bersama,seperti identifikasi dengan agresor dan kekerasan horizontal. Melanie Klein menjelaskan bahwa kualitas negatif yang terus ditimpakan kepada kelompok tertentu akan diinternalisasikan oleh para anggota kelompok tersebut. Franz Fanon yang pernah melakukan studi dampak kolonisasi pada yang terkolonisasi, juga sepakat dengan teori introjeksi negatif dari Klein. Bentuk-bentuknya dapat berupa keretakan dalam keluarga, gangguan jiwa, dan kekerasan keluarga atau individual dalam komunitas tersebut. Kekerasan horizontal dapat terjadi kepada teman-teman berupa fenomena seperti p e n g k h i a n a t a n , pelecehan, penghinaan, isolasi,dan sabotase.
Tags:

VISI dan MISI KARak'S

  1. » Berjuang Membangun Kedaulatan Rakyat SItubondo
  2. » Menghimpun Segenap potensi masyarakat dalam proses kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Situbondo.
  3. Membarikan kajian-kajian strategis yang berorientasi kepada tegaknya demokratisasi, kesejahteraan masyarakan dan keadilan sosial (social justice).
  4. » Menjadi center of excellence dalam peningkatan kapasitas individu masyarakat Situbondo dalam hal keterlibatan publik dalam pembangunan.

0 komentar

Leave a Reply