LAPORAN LKM KARak'S
>> <<
Ramadhan adalah Bulan Tarbiyah
Oleh : Edy S Triesno - Ramadhan adalah bulan tarbiyah, pendidikan, atau latihan bagi jiwa dalam menghadapi berbagai permasalahan sehingga siap melaksanakan berbagai kegiatan. Pada bulan ini biasanya manusia melipat gandakan amal dan ibadatnya. Tarbiyah selama sebulan penuh seharusnya diikuti pada bulan-bulan berikutnya dengan berbagai amal saleh. Ramadhan menjadi training centre untuk berlatih memperbaiki diri agar menjadi insan yang bertakwa. Untuk itu diperlukan persiapan dan latihan selama bulan Ramadhan. Rasulullah saw. memberikan pembelajaran kepada kita agar diberikan kekuatan dan kemampuan agar dapat melakukan berbagai amal saleh. Ramadhan mendidik manusia menjadi Rabbani, bukan hanya menjadi Ramadhani, yaitu manusia yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah swt. selama hidupnya tidak hanya pada bulan Ramadhan saja. Ramadhan memerlukan kesiapan diri untuk berjuang dan bertarung melawan hawa nafsu dan syetan serta menyiapkan diri mendapatkan keridhaan Allah swt.
Sejatinya setelah kita menjalankan shaum sebulan penuh di bulan Ramadhan akan mendapatkan hari kemenangan setelah bertarung melawan hawa nafsu. Shiyam atau shaum yang kita laksanakan selama bulan Ramadhan ini pada hakekatnya bukan hanya sekedar menahan lapar, dahaga dan dorongan pemenuhan kebutuhan seksual di siang hari semata-mata. Perjuangan yang paling berat adalah berperang melawan dorongan hawa nafsu yang selalu cenderung untuk menyuruh kepada hal-hal yang buruk atau jahat. Firman Allah swt. dalam QS Yusuf ayat 53,”Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dorongan hawa nafsu yang muqoddimahnya adalah tuntutan pemenuhan kebutuhan perut dan syahwat apabila diikuti tanpa kendali akan menjerumuskan manusia ke dalam perilaku yang nista. Diantara contohnya adalah perilaku serakah, mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya, atau perbuatan-perbuatan lain yang dilarang oleh syari’at Islam dan/atau bertentangan dengan norma-norma serta aturan-aturan perundangan yang berlaku. Bila kita perhatikan secara seksama, perbuatan-perbuatan seperti itu pada hakekatnya adalah mengikuti dorongan-dorongan nafsu dan bujukan syetan yang harus diperangi, bukan hanya di bulan suci Ramadhan tetapi harus diperangi setiap saat dalam kehidupan kita. Upaya untuk melatih diri dalam melawan dorongan hawa nafsu ini dilakukan dengan menjalankan shaum selama bulan Ramadhan. Pada bulan Ramadhan umat Islam dilatih untuk mengendalikan diri atau menahan diri dari memenuhi kebutuhan hawa nafsu meskipun hal semacam itu pada waktu-waktu lain halal dilakukan. Contohnya adalah makan, minum, dan bergaul intim suami isteri yang sah menurut syariat Islam pada waktu siang hari. Pengendalian diri ini untuk membebaskan diri dari penghambaan kepada hawa nafsu. Itulah yang disebut dengan jihadunnafs atau jihad melawan hawa nafsu, seperti firman Allah dalam QS. Al Ankabuut ayat 69,”Dan barangsiapa berjihad untuk mencari keridhaan Kami, sungguh akan Kami tunjukan kepadanya jalan-jalan Kami dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat kebaikan.” Shaum merupakan fondasi dasar dalam pembentukan semangat atau mental izzatun nafs (berjiwa besar) yang diperlukan untuk tetap berdirinya dengan tegak Islam di muka bumi ini. Kaum muslimin seharusnya mampu menjawab tantangan jaman yang sedang berkembang pesat ini yang cenderung lebih memperturutkan hawa nafsu materialistis dan kurang memperhatikan nilai-nilai spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
Alhamdulillah shaum Ramadhan yang pada hakekatnya merupakan latihan dan/atau ikhtiar men-charge kembali (charging) kemampuan melawan hawa nafsu ini sedang/sudah kita laksanakan sebulan penuh. Kita bersyukur karena akan dan telah memenangkan peperangan melawan hawa nafsu ini sehingga kita nantinya dapat kembali kepada fitrah asli yaitu cenderung selalu taat kepada aturan dan hukum-hukum Allah swt. Dengan kemenangan ini diharapkan ketakwaan kita meningkat, sehingga dalam menjalani kehidupan pada hari-hari selanjutnya kita akan mampu menahan dorongan nafsu dan bujuk rayu syetan yang mengarah pada perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan baik oleh syari’at Islam maupun oleh hukum-hukum positif.
Ibadah shaum pada hakekatnya merupakan suatu proses pendidikan, yakni upaya yang secara sengaja dilakukan untuk mengubah perilaku setiap Muslim, sehingga menjadi orang yang meningkat ketakwaannya. Shaum telah mendidik setiap muslim untuk mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik sehingga menjadi manusia yang bertakwa. Melalui ibadah shaum kita sebagai manusia yang memiliki nafsu dan cenderung ingin selalu mengikuti hawa nafsu dilatih untuk berubah menjadi manusia yang selalu berperilaku sesuai dengan fithrah aslinya. Fithrah asli manusia adalah cenderung taat dan mengikuti perintah dan aturan Allah swt. Melalui proses pendidikan yang terkandung dalam ibadah shaum diharapkan setiap muslim menjadi manusia yang kehadirannya di manapun dalam masyarakat yang bersifat plural ini dapat memberi manfaat kepada sesama.
Ketakwaan sebagai tujuan akhir dari menjalankan ibadah shaum mengandung implikasi pada proses pendidikan yaitu menyucikan diri, mengendalikan sikap dan perilaku untuk senantiasa beribadah sehingga membentuk kepribadian muslim. Pribadi muslim yang memiliki fikiran yang bersih dan suci untuk senantiasa mengkaji semua ciptaan Allah swt. sehingga kita mensyukuri nikmat dari Allah swt. yang telah diberikan kepada kita. Dengan fikiran yang bersih dan suci ini dapat mengembangkan kecerdasan kita, cerdas dalam berpikir, bersikap, dan berprilaku sehingga apa yang dilakukannya senantiasa memilki nilai positif dan tidak merugikan atau mengganggu hak-hak orang lain.
Shaum pun memberikan pendidikan agar terbentuknya akhlakul karimah seperti keikhlasan dalam menjalankan semua peribadatan shaum, kejujuran untuk tidak melanggar aturan atau hukum shaum yang telah ditentukan meskipun tidak ada orang yang memperhatikannya, kepedulian kepada orang lain terutama kaum dhuafa atau fakir miskin. Dengan berakhlakul karimah ini akan dapat mengembangkan potensi pengetahuan, sikap, dam keterampilan yang ada pada dirinya sehingga menjadi muslim yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga dan masyarakat. Potensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki sebagai hasil dari shaum ini diantara untuk meningkatnya produktifitas hidup. Shaum bulan Ramadhan memberikan pendidikan agar senantiasa menjaga produktiftas hidup sehingga terus berkembang tidak menurun atau melemah karena alasan lapar atau dahaga. Dalam sejarah banyak peristiwa yang menunjukkan justeru pada bulan Ramadhan itu dengan diraihnya prestasi yang gemilang. Misalnya penaklukan Kota Mekah pada tahun ke 8 Hijriah, Perang Tabuk pada tahun ke 9 Hijriah, Penaklukan Andalusia pada taun ke 92 Hijriah, dan yang fenomenal adalah Perang Badar.
Pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke 2 Hijriah Rasulullah saw. bersama para sahabat berhasil memenangkan perjuangan dalam upaya menegakkan Islam di muka bumi ini, yaitu berhasil memenangkan Perang Badar yang sangat berat. Padahal pada saat perang itu Rasulullah saw. hanya bersama 313 orang sahabat dari kaum Muhajirin dan Anshar. Jumlah pasukan yang sedikit dan dengan perlengkapan perang yang minim ini harus berhadapan dengan pasukan bangsa Quraisy yang berjumlah tiga kali lipat sekitar 1000 orang dan dengan peralatan perang yang lengkap. Perbedaan jumlah pasukan dan perlengkapan perang ini ternyata tidak menjadikan halangan bagi Rasulullah saw. dan para sahabat untuk memenangkan perang itu dengan sukses.
Kemenangan ini terjadi diantaranya karena perjuangan itu dilakukan penuh dengan semangat dan jiwa jihad serta tidak menurunkan produktivitasnya sebagai prajurit yang saat itu sedang shaum Ramadhan. Rasulullah saw. berhasil menanamkan ruh jihad pada para sahabat pada bulan Ramadhan yang penuh berkah. Kemenangan ini menjadi semangat dakwah bagi kaum muslimin untuk selalu berani, taat, dan bersungguh-sungguh dalam kebaikan dan kebenaran. Pasca perang Badar ini pun Rasulullah saw tetap memperhatikan pendidikan dengan membebaskan tawanan perang Badar tersebut, namun sebelumnya mereka harus mengajarkan baca tulis kepada penduduk Madinah. Perang Badar di dalam Al Quran disebut dengan yaumal furqon (hari pemisah haq dan bathil) yaitu dengan bertemunya dua pasukan di medan perang sebagaimana tercantum dalam QS. Al Anfaal ayat 41,”… Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqon, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah berkuasa atas segala sesuatu.” Berdasarkan ayat ini pula para ulama sepakat bahwa Al Quran diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan. Dari perjuangan dan kemenangan dalam berbagai peperangan termasuk perang Badar ini memberikan pendidikan bahwa shaum tidak menurunkan semangat berjuang atau produktifitas kerja. Malahan sebalikya mampu menjadikan dorongan untuk selalu berjuang atau berjihad memberikan hasil yang terbaik dengan landasan semangat keislaman.
Aktivitas Rasulullah saw. dan para sahabat pada bulan Ramadhan tetap semangat berdakwah ke berbagai tempat menyampaikan risalah Islam, mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah pada yang munkar. Ma’ruf adalah perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah swt. Sedangkan munkar adalah perbuatan yang menjauhkan kita dari Allah swt. Ramadahan adalah bulan untuk lebih mengakrabkan diri dengan Al Quran dengan membaca, mengkaji dan memahami serta mengamalkan isi kandungan yang ada di dalamnya. Untuk itu Sebagai orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan sudah sepatutnya kita renungkan QS. Ali Imran ayat 110,”Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi manusia, kalian menyuruh kemakrufan dan mencegah kemunkaran, serta beriman kepada Allah swt.” Di dalam QS Ali Imran ayat 4,”Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” Ayat ini mengandung arti bahwa hendaknya ada sebagian umat manusia mengajak kepada kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar sesuai dengan kemauannya.
Islam mengajarkan kepada kita bukan hanya ajaran-ajaran yang khusus diperuntukan bagi umat Islam saja, tetapi juga mengajarkan berbagai ajaran tentang nilai-nilai yang bersifat universal. Diantara ajaran-ajaran Islam yang mempuyai nilai universal adalah ajaran yang menekankan pentingnya setiap muslim agar dia memberi manfaat kepada orang lain. Dalam ajaran Islam, salah satu indikator keunggulan kualitas seseorang adalah seberapa besar dia mampu memberi manfaat kepada orang lain. Artinya semakin besar seorang mampu memberi manfaat kepada orang lain, maka makin baik atau makin unggul pula kualitas keberagamaannya. Rasulullah saw. bersabda,”Sebaik-baik manusia (muslim) adalah yang paling (banyak) memberi manfaat kepada manusia”. Di dalam Al Quran surat An Nahl ayat 97, Allah swt berfirman,”Barangsiapa berbuat kebaikan dari laki-laki ataupun perempuan dan dia mukmin niscaya Kami akan menghidupkannya dengan kehidupan yang baik dan Kami memberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.”
VISI dan MISI KARak'S
- » Berjuang Membangun Kedaulatan Rakyat SItubondo
- » Menghimpun Segenap potensi masyarakat dalam proses kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Situbondo.
- Membarikan kajian-kajian strategis yang berorientasi kepada tegaknya demokratisasi, kesejahteraan masyarakan dan keadilan sosial (social justice).
- » Menjadi center of excellence dalam peningkatan kapasitas individu masyarakat Situbondo dalam hal keterlibatan publik dalam pembangunan.
0 komentar